Ku kira kau rumah, ternyata kau hanya singgah.
Persinggahan mu telah melengkapi separuh jiwa ku kala itu.
Kala itu, kehadiran mu terasa sangat
menggelora penuh sukacita. Sedari awal perjalanan jumpa.. sosok mu, hadir mu,
raga mu, jiwa mu, hampir setiap hari menghiasi keindahan dunia ku.
Guyuran ucapan semangat yang engkau
limpahkan, terus terngiang hingga sekarang tak pernah lekang.
Kata-kata penyemangat dari mu, membuat
ku ingin terus melanjutkan impian yang sempat ku matikan.
Sosok mu telah memberikan warna baru
dalam dunia ku, yang aku yakini akan menjadi sahabat jiwa ku, teman cerita
seumur hidup ku, pasangan sesurga ku, dan pendamping masa depan ku. Namun,
ditengah perjalanan cerita, kegersangan hati datang menyelimuti, tatkala saat
engkau memberikan jarak ditengah rindu yang menyeruak, membatasi komunikasi
tanpa adanya penjelasan, serta menjauhkan diri sampai membuat ku terasa
diabaikan.
Betapa kuatnya diri ku.. aku berusaha
mencoba membiasakan diri berprasangka baik, bahwasan nya engkau jauh dari
prasangka buruk ku.
Dan, ternyata benar, prasangka ku telah
berhasil kau patahkan lewat fakta. Untuk kesekian kalinya, engkau hadir kembali
membawa kata-kata penyemangat disaat keadaan sedang terpuruk, beserta berkah
doa yang kau limpahkan melalui obrolan pesan instan.
Dan apakah kau sudah tahu? Pada saat
hadir mu kembali, kehadiran mu hanyut membawa kebahagiaan, dan aku tenggelam
didalam nya.
Harapan yang ku rasakan hampir
terbuang, secercah kini muncul kembali, dan akan segera ku rangkai lagi dengan cara
membuat janji temu pada mu. Walau pada akhirnya, semesta masih belum menuntun pertemuan
kita, pertemuan yang sangat ku nantikan untuk melihat raut indah wajah mu, sembari
merajut lembut dalam obrolan ringan menenangkan. Semesta memang sebercanda itu!
Tapi tak apa, biarkan sajalah.. mungkin semesta masih menyimpan rencana
dibaliknya. Aku harus memanjangkan rasa sabar ku untuk menunggu titik pertemuan
kita, bukankah perihal mencintai itu adalah sabar ?
Sembari menunggu, aku mengisi rindu ku untuk tetap merajut obrolan udara, kiasan obrolan demi obrolan kita haturkan, hingga pada akhirnya kau menarik diri tanpa permisi, aku telah kehilangan mu sekali lagi. Resah gelisah datang lagi menyapa ku, rasa gundah menanyakan keberadaan sosok mu.
Mendekati akhir perjalanan cerita,
sebuah kerumitan masalah datang menggelegar. Dan ternyata engkau sudah membuat
keputusan yang mengakhiri perjalanan.
Tawaran demi tawaran yang ku beri untuk meluruskan semua kekeliruan, namun terus kau abaikan. Dan akhirnya aku berada di titik lelah memperjuangkan hubungan, hingga akhirnya, kita sama-sama saling sepakat untuk mengakhiri hubungan. Tak mengapa, mungkin begitulah cara Tuhan mematahkan perjalanan kisah romansa ku, sebelum akhirnya aku dipertemukan dengan pasangan sejati yang sesungguhnya, dan yang paling tepat menurut ketetapan terbaik Nya. Dari perjalanan kegagalan kisah romansa ini, telah memberikan ku banyak sekali mata pelajaran mahal yang bisa dipetik, agar kesalahan yang sama, tidak kembali terulang dikisah romansa yang lebih indah berikutnya. Semoga semesta mengamini, akan doa dan harapan yang tengah kita upayakan saat ini.
No comments:
Post a Comment